Kita melihat banyak makhluk hidup dalam kehidupan hidup kita, dan mungkin akan dirugikan oleh beberapa dari mereka jika kita mendekatinya. Bahkan, beberapa dari mereka membuat kita takut dan kita tidak mendekati mereka. Dari sinilah anak-anak kecil akan bertanya-tanya: Apa manfaat dari makhluk-makhluk ini? Mengapa Tuhan menciptakannya?
Pertama, banyak makhluk yang kelihatannya tidak bermanfaat atau merugikan. Ilmu pengetahuan telah membuktikan manfaatnya bagi manusia atau lingkungan. Ilmu pengetahuan menegaskan pentingnya semua makhluk di alam semesta, meskipun tampak tidak berguna. Karena keseimbangan biologis dan lingkungan yang mereka capai di alam semesta, dan kita telah melihat kerusakan besar yang terjadi pada lingkungan ketika organisme hidup dimusnahkan.
Beberapa orang percaya (dan berkata) bahwa perlu untuk membuang sepenuhnya, karena tidak ada gunanya dan berdampak buruk bagi lingkungan ketidakseimbangan. Pun juga, ada yang berkata, bahwa hal itu akan menyebabkan penyebaran organisme hidup lain dengan cara yang tidak biasa, serta menimbulkan kerugian bagi manusia, dan menyebarkan penyakit-penyakit dan epidemi.
Kedua, al-Qur’an memberi contoh kepada kita tentang makhluk-makhluk yang oleh sebagian orang dianggap berbahaya daripada bermanfaat, seperti seekor lalat, yang menunjukkan kemampuan Tuhan untuk mencipta di dalam diri mereka, menantang orang lain dengan mereka, dan membuktikan ketidakmampuan mereka untuk mencipta. Allah Swt. berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ لَنْ يَّخْلُقُوْا ذُبَابًا وَّلَوِاجْتَمَعُوْا لَهٗ ۗ وَاِنْ يَّسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْـئًـا لَّايَسْتَـنْـقِذُوْهُ مِنْهُ ۗ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوْبُ
Artinya: “Wahai manusia! Telah dibuat suatu perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan yang disembah.” (QS. Al-Hajj [22]: 73).
Dengan demikian, menjadi jelas dan sangat jelas bahwa, Tuhan Yang Maha Esa tidak menciptakan apa pun kecuali ada hikmahnya (ada manfaatnya), baik kita menyadarinya atau tidak. Dan, manusia harus hidup berdampingan dengan makhluk Tuhan, serta menjauhi apa yang mencelakakan atau membahayakan mereka.
Begitu juga dengan nyamuk. Ia sering dianggap hewan pembawa sial. Sebab ia dikenal sebagai penghisap darah dan membawa berbagai penyakit yang berbahaya manusia. Padahal, dibalik nyamuk yang menghisap darah selalu ada hikmah dan manfaat. Allah Swt. berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖۤ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَاۤ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖۤ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.” (QS. Al-Baqarah [2]: 26).
Begitulah hidup di dunia. Bagaimanapun, manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia akan selalu berdampingan dan bergantung dengan makhluk-makhluk lain, antar satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, hiduplah dengan cara saling hargai-menghargai, jangan saling sakit-menyakiti, apalagi sampai membunuh. Allah Swt. berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِ ۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).
Kiranya tak keliru jika dikatakan bahwa, Allah Swt. Mengajarkan kepada para umat-Nya agar tidak meremehkan sesuatu apapun dan hal-hal kecil yang dianggap menjijikkan. Kenapa demikian? Karena dari hal yang kecil kejadian-kejadian besar bisa terjadi. Wallahu a’lam bisshawaab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo.