KULIAHALISLAM.COM – Apa dan bagaimana sebenarnya “kesadaran” apa ada kaitannya dengan pikiran dan berpikir (sebagai eksistensi pikiran) ?
Itu sebenarnya hal yang bersifat kompleks dan seolah multi tafsir sehingga orang seperti Pan Sin Hoa menyebut mekanisme alam atau mekanisme tubuh manusia seperti detak jantung atau sirkulasi darah.
Dan juga sebagai “kesadaran” dan mungkin menyebut pertumbuhan tanaman juga sebagai “kesadaran”, lalu apa bedanya bentuk “kesadaran” seperti itu dengan kesadaran yang diakibatkan oleh efek berpikir? Seperti yang Descartes nyatakan “Aku berpikir maka Aku ada” ?
Apa itu kesadaran, apakah ada kaitanya dengan pikiran (Sumber gambar : Pixabay.com) |
Dalam semboyan Cogito, ergo sum Descartes sadar bahwa dirinya ada, karena sebelumnya ia berpikir dan memikirkannya. Saat balita Descartes sudah ada, tapi Descartes belum menyadari keberadaannya karena belum memikirkannya. Walaupun saat bayi sudah bisa disebut memiliki pikiran dan “kesadaran” tapi kesadaran yang diperoleh sebagai efek berpikir jelas levelnya jauh berbeda. Ini adalah contoh bentuk kesadaran yang paralel—berkaitan dengan berpikir—eksistensi pikiran.
Kita buat dulu suatu contoh lain sebagai gambaranya. Seorang yang tengah mabuk berat ia bisa melakukan hal-hal yang diluar kontrol sadarnya, karena ia tidak bisa berpikir secara normal sebagaimana biasanya. Misalnya, pikirannya tidak bisa membedakan mana benar dan mana salah, mana baik dan mana buruk. Maka ia disebut “kehilangan kesadaran” walaupun jantungnya masih berdetak dan darahnya masih bersirkulasi. Nah disini makna “kesadaran” jelas dikaitkan dengan eksistensi berpikir bahkan berpikir secara sehat.
Demikian pula dengan orang yang kena sihir atau di hipnotis. Maka kesadarannya bisa disebut hilang atau tidak utuh, karena yang bersangkutan tidak bisa lagi berpikir secara utuh sebagaimana biasa orang yang berpikir dan biasa mengontrol jalan pikirannya.
Bahkan pada level tertentu orang yang jauh dari agama oleh para agamawan sering di vonis sebagai “orang yang tidak sadar” padahal orang yang ingkar kepada agama atau orang yang disebut aktif melakukan dosa masih melakukannya.
Pertanyaan mendasarnya, bisakah makna kesadaran dilepaskan dari pikiran dan berpikir secara pribadi ? Apakah mekanisme alam atau mekanisme dalam tubuh manusia itu bergerak berdasar pikirannya masing-masing atau tanpa pikiran dan hanya mekanisme alami yang tanpa pikiran pribadi?
Nah untuk membedakannya kita harus memahami karakter kesadaran yang diakibatkan oleh berpikir secara pribadi dengan karakter mekanisme alami atau mekanisme biologis yang secara general bersifat sama dan seragam karena terjadi sebagai sebuah hukum alam—biologis.
Karakter kesadaran sebagai efek berpikir itu melewati proses tersendiri yang pada tiap orang bentuknya berbeda-beda. Sedangkan mekanisme alam atau mekanisme biologis tidak melewati proses seperti itu. Mekanisme biologis pada tubuh tiap orang itu sama karena terjadi secara alami bukan berdasar proses berpikir yang berbeda-beda.
Oleh: Irwan Wiharja