KULIAHALISLAM.COM – Lukman Harun, lahir di Sumatera Barat, 06 Mei 1934 dan wafat 08 April 1999. Lukman Harun merupakan Cendekiawan Muslim yang aktif dalam beberapa organisasi Islam khususnya Muhammadiyah. Pada tahun 1962, ia berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Sosial Ekonomi dan Politik Universitas Nasional, Jakarta.
Lukman Harun memulai karirnya di pemerintahan sebagai Pegawai Kantor Pusat Perbendaharan Negara Departemen Keuangan, Jakarta (1952-1954), kemudian Pegawai Pusat Jawatan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta (1954-1959), dan Pegawai Direktorat Jenderal Agraria (Badan Pertanahan Nasional). Disamping itu, Lukman Harun juga mengajar di SMA Muhammadiyah, Jakarta (1953-1954) serta menjadi Dosen di almamaternya (1965-1968).
Sejak tahun 1950, ia menjadi Direktur Pusat Pengkajian Islam di Universitas Nasional. Ia menjadi Redaktur Surat Kabar Mercusuar, Jakarta (1965-1967), Pemimpin Redaksi Majalah Pedoman Masyarakat, Jakarta (1966-1968), dan pemimpin Redaksi Majalah Penyuluh Landreform, Jakarta (1967-1969).
Sejak muda, Lukman Harun telah terlibat di organisasi Muhammadiyah. Keterlibatannya berlangsung sejak 1954, yakni berawal dari anggota pengurus Pemuda Muhammadiyah cabang Jakarta, hingga kemudian terpilih menjadi Ketua pada tahun 1957-1960. Pada tahun 1963-1970, ia menduduki jabatan Ketua I Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode, kemudian ia menjadi ketua umum Pemuda Muhammadiyah.
Dalam kepengurusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ia pernah menjabat sebagai ketua Hubungan Luar Negeri dan Juru Bicara Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1978-1985) dan menduduki jabatan wakil ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1985-1990).
Semasa kuliah, ia menjadi anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tahun 1960-1962, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Nasional dan kemudian menjadi Wakil Sekjend Majelis Mahasiswa Indonesia (MMI). Sejak tahun 1981, Lukman Harun diangkat sebagai penasihat Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Lukman Harun terpilih menjadi anggota pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahun 1975. Sejak tahun 1991, Ia menjadi Wakil Ketua Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI), Jakarta. Lukman Harun juga menjadi ketua umum Yayasan Haji Karim Oei, yayasan yang didirikan untuk melaksanakan dakwah Islam di kalangan etnik China.
Tahun 1981, Lukman Harun diangkat sebagai Wakil Sekjend ACRP (Asian Confrence of Religion and Peace) dalam sidang organisasi itu di New Delhi, India dan terpilih kembali memegang jabatan itu dalam sidang ACRP di Seoul, Korea Selatan. Dalam sidang WCRP (World Confrence on Religion and Peace) yang dilaksanakan di Kenya, ia terpilih menjadi anggota International Council WCRP.
Pada tahun 1990, ketika WCRP didirikan di New Jersey, Amerika, Lukman Harun termasuk salah satu pendirinya. Organisasi ini kemudian berpusat di Florida, Amerika Serikat. Ia juga tercatat sebagai anggota Global Forum of Spiritual and Parliamentary Leaders oh Human Survival, yang berpusat di New York, Amerika.
Lukman Harun mencetuskan ide untuk mendirikan Organisasi Konferensi Pemuda Islam Internasional. Idenya ini disambut oleh Rabitah al-‘Alam al-Islami yang sekaligus mensponsorinya berkunjung ke berbagai negara Islam guna membicarakan hal itu.
Ide pendirian organisasi ini disambut oleh Presiden Libya : Muammar Gaddafi, yang disampaikannya melalui surat Duta Besar Libya tahun 1972 di Pakistan. Presiden Libya kemudian meminta Dewan Dakwah Islamiyah Libya untuk menyelenggarakan Sidang Konferensi Pemuda Islam Internasional itu. Pada bulan Juli 1973 sidang ini terselenggara.
Lukman Harun Tokoh yang Memperkenalkan Muhammadiyah di Dunia
Lukman Harun dikenal sebagai orang gigih dalam memperjuangkan aspirasi umat Islam. Ia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) mewakili Muhammadiyah (1967-1970). Pada tahun 1968-1970, ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Muslimin Indonesia. Sejak tahun 1969, ia memimpin Panitia Pembantu Pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsa.
Lukman Harun menjadi ketua Komite Setiakawan Rakyat Indonesia-Afganistan sejak tahun 1980. Ia juga menjadi anggota Panitia Nasional Solidaritas Muslim Bosnia. Ia menjadi orang pertama yang dikirim panitia ini untuk menyerahkan bantuan ke Bosnia.
Kemudian ketika pemerintah mengajukan RUU Organisasi Masyarakat (Ormas), atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Lukman Harun berupaya agar UU itu tidak hanya berlaku bagi organisasi yang memiliki dasar keagamaan saja. Menurutnya, Pancasila tidak bertentangan dengan agama.
Dasar Islam di organisasi Islam seperti Muhammadiyah tidak perlu di ubah.
Sejak semua, Pancasila sudah menjadi jiwa organisasi Muhammadiyah. Bahkan tiga perumusan Pembukaan UUD 1945 yang mencantumkan rumusan Pancasila adalah pimpinan teras Muhammadiyah. Menurut Lukman Harun, komitmen Muhammadiyah pada Pancasila tidak perlu diragukan.
Pokok-pokok pikiran dan pendirian Muhammadiyah tentang Pancasila kemudian dituangkannya dalam bukunya “Muhammadiyah dan Asas Pancasila” yang diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta, 1986.
Begitu juga ketika pemerintah menyusun UU Pendidikan, ia atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan gencar mengusulkan agar pendidikan agama Islam diwajibkan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan pelajaran agama Islam diwajibkan diberikan di sekolah yang dikelola non-muslim.
Pokok-pokok pikiran dan perjuangannya ini juga dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul “Muhammadiyah dan Undang-Undang Pendidikan”, diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta. Atas nama Muhammadiyah, ia juga mempermasalahkan kebijaksanaan pengiriman Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar negeri.
Dalam kunjungannya ke berbagai belahan dunia Islam, Lukman Harun berupaya untuk memperkenalkan Muhammadiyah dan Islam di Indonesia. Hasilnya, beberapa negara telah mendirikan organisasi Cabang Istimewa Muhammadiyah seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan.
Lukman Harun juga berusaha agar orang Indonesia mendapatkan beasiswa ke Mesir, Arab Saudi, Libya, Tunisia, Sudan, Pakistan, Yordania, Kuwait, Amerika, Canada dan Inggris.
Lukman Harun juga mengusahakan Mahasiswa asing untuk belajar Islam di Indonesia atas beasiswa dari Muhammadiyah dan Departemen Agama. Usahanya ini berhasil sehingga Mahasiswa dari Korea Selatan dan Afrika mendapat kesempatan belajar di Indonesia.
Seluruh aktivitas keagamaan dan sosialnya itu berangkat dari keyakinan bahwa umat Islam di berbagai belahan dunia harus saling membantu dan mewujudkan semangat ukhwah Islamiyah.
Pengalamannya dari berbagai belahan dunia dituangkannya dalam sebuah buku berjudul “Potret Dunia Islam” yang diterbitkan oleh Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985.