Artikel

Rahasia Kesempurnaan Ibadah Haji Dalam Dialog Imam Ali Zainal Abidin Dengan Imam Asy-Syibliy

7 Mins read

Mekkah Abad ke 11

Rahasia Kesempurnaan Ibadah Haji Dalam Dialog Imam Ali Zainal Abidin Dengan Imam Asy-Syibliy

KULIAHALISLAM.COM – Sebagai seorang Imam dan ulama besar
yang mendalami ilmu Tasawuf dan hidup zuhud, Imam ‘Ali Zainal-Abidin bin Husain
bin Ali bin Abu Thalib semoga Allah meridainya, menilai ibadah tidak hanya dari
lahiriah saja, tetapi tekanan utamanya diarahkan kepada kebulatan batin orang
yang menunaikannya. 

Ia mengajarkan kepada murid-muridnya bahwa kesempurnaan
ibadah hanya dapat dicapai bila dilakukan dengan tiga unsur yang tidak boleh
dipisahkan yaitu unsur batin (qalbiy), unsur ucapan (qaulty) dan unsur
perbuatan (fi’liy).

Pandangannya yang sangat cermat dan
mendalam itu dapat kita ketahui dari dialog dengan salah satu muridnya yang
bernama Imam Asy-Syibliy. Imam Asy-Syibliy dalam Dunia Islam terkenal sebagai
Ulama besar Sufi dan terkenal pula sebagai Waliyullah. 

Imam ‘Ali Zainal Abidin
dalam dialog dengan muridnya yang telah mencapai martabat ilmu tinggi itu
mengungkapkan kesempurnaan ibadah haji dari segi hakikat pengertian dan
hikmahnya, tidak semata-mata dari syarat dan rukunnya belaka, sebagaimana yang
lazim dilakukan oleh kaum awam.

Kiranya sangat besar manfaatnya bila
nasihat Imam Ali Zainal Abidin kepada Imam Asy-Syibliy direnungkan dan
diamalkan oleh setiap muslim pada waktu menunaikan ibadah haji. Imam
Asy-Syibliy mendatangi gurunya dan terjadilah pertemuan serta dialog sebagai
berikut, Imam Ali Zainal Abidin akan kami singkat menjadi (Z) dan Imam
Asy-Syibliy akan akami singkat menjadi (S):

Z : Anda telah
menunaikan ibadah haji bukan ?

S : Ya, benar,
semoga Allah berkenan menerimanya.

Z : Apakah anda
telah berwuquf (berhenti) di Miqat kemudian menanggalkan pakaian berjahit dan
terlarang bagi setiap orang yang menunaikan ibadah haji ? Dan setelah itu
apakah anda segera mandi ?

S : Ya, semua
itu telah saya lakukan.

Z : Ketika
Wuquf di Miqat, apakah anda meneguhkan niat Wuquf dan niat menanggalkan pakaian
maksiat dan menggantinya dengan pakaian taat ?

S : Tidak.

Z : Pada saat
anda meninggalkan pakaian yang berjahit itu, apakah anda telah membuang
perasaan riya’ (pamrih pujian orang), nifaq (kelainan antara hati, ucapan dan
perbuatan) serta segala mcam syubhat (hal yang diragukan halal dan haramnya) ?

S : Tidak.

Z : Ketika anda
mandi dan membersihkan diri sebelum Ihram, apakah anda juga berniat
membersihkan diri dari semua perbuatan dosa ?

S : Tidak.

Z : Kalau
begitu, anda tidak berhenti di Miqat, tidak meninggalkan pakaian berjahit dan
tidak pula mandi membersihkan diri. Imam ‘Ali Zainal Abidin bertanya lebih
lanjut :

Z : Ketika anda
mandi, berihram dan menunaikan ibadah haji, apakah anda telah membulatkan niat
dan tekad hendak membersihkan diri anda dan mencucinya dengan pancaran sinar
tobat yang setulus-tulusnya kepada Allah ?

S : Tidak.

Z : Pada saat
berihram, apakah anda berniat menjauhkan diri dari segala yang diharamkan
Allah?

S : Tidak.

Z : Setelah
anda dalam keadaan sedang menunaikan ibadah haji, termasuk semua ketentuan yang
mengikat diri anda, apakah anda merasa telah melepaskan diri dari semua jenis
ikatan keduniaan dan hanya mengingatkan diri kepada Allah ?

Baca...  Memahami Bahasa Tasawuf (1)

S : Tidak.

Z : Kalau
begitu anda belum membersihkan diri, belum berihram dan belum mengingatkan diri
dari ibadah Haji. Bukankah anda telah memasuki Miqat, telah menunaikan salat Ihram
dua rakaat kemudian mulai mengucapkan Talbiyah ?

S : Semua itu telah saya kerjakan.

Z : Pada saat
memasuki Miqat, apakah anda berniat ziarah mendekati keridaan Allah semata ?

S : Tidak.

Z : Pada saat
menunaikan salat ihram dua rakaat, apakah anda berniat Taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dengan  tekad memperbanyak
amal ibadah yang tertinggi nilainya yaitu salat yakni memperbanyak salat
Sunnah ?

S : Tidak.

Z : Apakah anda telah memasuki
Masjidil Haram, dan memandang Ka’bah, serta salat di sana ?

S : Ya benar.

Z : Ketika memasuki Masjidil Haram,
adakah anda berniat mengharamkan atas din anda, segala macam pergunjingan terhadap
diri kaum muslimin ?

S : Tidak.

Z: Dan ketika sampai di kota Makkah,
adakah anda mengukuhkan niat untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan
?

S: Tidak.

Z :  Kalau begitu, anda tidak memasuki Masjidil
Haram, tidak memandang Ka’bah, dan tidak pun bersalat di sana !

 Z: Apakah anda telah bertawaf mengeliling
Ka’bah. Baitullah, dan telah menyentuh rukun-rukunnya?

S : Ya.

Z : Pada saat bertawaf, adakah anda
berniat berjalan dan berlari menuju keridhaan Allah Yang Maha Mengetahui segala
yang ghaib dan tersembunyi ?

S :Tidak.

Z : Kalau begitu anda tidak bertawaf
mengelilingi Baitullah, dan tidak menyentuh rukun-rukunnya. Dan apakah anda
telah berjabatan (bersalam tangan) dengan Hajar Aswad, dan berdiri – bersalat
di tempat Makam Ibrahim ?

S : Ya.

Z : Mendengar jawaban itu, Ali
Zainal Abidin tiba-tiba berteriak, menangis dan meratap, dengan suara
merawankan hati seperti hendak meninggalkan hidup ini, seraya berucap: “Oh..
Barangsiapa berjabat tangan dengan Hajar Aswad, seakan-akan ia berjabatan
tangan dengan Allah ! Oleh karena itu, ingatlah baik-baik, wahai insan yang
merana dan sengsara, janganlah sekali-kali berbuat sesuatu yang menyebabkan
engkau kehilangan kemuliaan agung yang telah kau capai, dan membatalkan
kehormatan itu dengan pembangkanganmu terhadap Allah dan mengerjakan yang
diharamkanNya, sebagaimana dilakukan oleh mereka yang bergelimang dalam
dosa-dosa !

Z : Kemudian beliau berkata lagi: Ketika
berdiri di makam Ibrahim, adakah anda mengukuhkan niat untuk tetap berdiri di
atas jalan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan jauh-jauh segala maksiat ?

S : Tidak.

Z : Dan ketika salat dua rakaat di makam Ibrahim adakah anda berniat mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dalam salat
beliau, serta menentang segala bisikan setan?

S : Tidak.

Z : Kalau begitu anda tidak berjabat
tangan dengan Hajar Aswad, tidak berdiri di makam Ibrahim, dan tidak pula
salat dua rakaat di dalamnya. Dan beliau melanjutkan lagi: Apakah anda telah
mendatangi dan memandangi telaga Zamzam dan minum airnya ?

S : Ya.

Z : Apakah anda, pada saat memandangnya
berniat menujukan pandangan anda kepada semua bentuk kepatuhan kepada Allah,
serta memejamkan mata terhadap setiap maksiat kepada-Nya?

S : Tidak.

Z : Kalau begitu anda tidak
memandanginya dan tidak pula minum airnya ! Selanjutnya beliau bertanya lagi:  Apakah anda telah mengerjakan Sa’i antara
Shafa dan Marwah, dan berjalan pulang pergi antara kedua bukit itu?

S : Ya benar.

Z : Dan pada saat-saat itu, anda
menempatkan diri anda di antara harapan akan rahmat Allah dan ketakutan
menghadapi azab-Nya?

Baca...  Qiraat Imam ‘Ashim : Kepopuleran Riwayat Hafs di Indonesia

S : 
Tidak.

Z : Kalau begitu  anda tidak mengerjakan Sa’i dan tidak berjalan
pulang-pergi antara keduanya! Lalu beliau bertanya: Anda telah pergi ke Mina ?

S : Ya.

Z : Ketika itu, adakah anda
menguatkan niat akan berusaha sungguh-sungguh agar semua orang selalu merasa
aman dari gangguan lidah, hati, serta tangan anda sendiri ?

S : Tidak .

Z : Kalau begitu, anda belum pergi
ke Mina! Dan apkah anda telah berwuquf di Arafat ? Mendaki Jabal Rahmah,
mengunjungi Wadi Namirah, serta menghadapkan doa-doa kepada Allah swt. di
bukit-bukit as-Shakharaa  ?

S : 
Ya benar.

Z : Ketika berdiri  wuquf di Arafat, adakah anda dalam kesempatan
itu, benar-benar menghayati ma’rifat akan kebesaran Allah serta mendalami
pengetahuan tentang hakikat ilmu yang akan menghantarkanmu kepadaNya? Dan
apakah ketika itu anda menyadari benar-benar betapa Allah Yang Maha Mengetahui
meliputi segala perbuatan, perasaan, serta kata-kata hati sanubari anda ?

S : Tidak.

Z : Danketika mendaki Jabal Rahmah,
adakah anda sepenuhnya mendambakan rahmah Allah bagi setiap orang mukmin, serta
mengharapkan bimbinganNya atas setiap orang muslim?

S : Tidak.

Z : Dan ketika berada di Wadi
Namirah, adakah anda berketetapan hati untuk tidak mengamarkan (memerintahkan)
sesuatu yang ma’ruf, sebelum anda mengamarkannya pada diri anda sendiri? Dan
tidak melarang seseorang melakukan sesuatu, sebelum anda melarang diri sendiri ?

S : Tidak.

Z : Dan ketika berdiri di
bukit-bukit di sana, adakah anda menyadarkan diri bahwa tempat itu menjadi
saksi atas segala kepatuhan pada Allah, dan mencatatnya bersama-sama para
Malaikat pencatat, atas perintah Allah ?

S : 
Tidak.

Z : Kalau begitu  anda tidak berwuquf di Arafat, tidak mendaki
Jabal Rahmah, tidak mengenal Wadi Namirah, dan tak pula berdoa di tempat-tempat
itu ! Dan Imam Ali Zainal Abidin bertanya lagi: Apakah anda telah melewati
kedua bukit al-Alamain, dan mengerjakan dua rakaat shalat sebelumnya, dan
setelah itu meneruskan perjalanan ke Muzdalifah; memungut batu-batu di sana,
kemudian melewati Masidil’Haram. . . ?

S : 
Ya.

Z : Dan ketika shalat dua rakaat,
adakah anda meniatkannya sebagai shalat syukur, pada malam menjelang tanggal
sepuluh Dzul-Hijjah, dengan mengharapkan tersingkirnya segala kesulitan serta
datangnya segala kemudahan?

S : Tidak.

Z : Dan ketika lewat di antara kedua
bukit itu dengan sikap lurus tanpa menoleh ke kanan atau ke kiri, adakah anda
saat itu meneguhkan niat untuk tidak bergeser (menyeleweng) dari Agama Islam,
agama yang haq, baik ke arah kanan atau pun kiri ,tidak dengan hatimu, tidak
pula dengan lidahmu, atau pun dengan semua gerak-gerik anggota tubuhmu yang
lain?

S : 
Tidak.

Z : Dan ketika menuju Muzdalifah,
dan memungut batu-batu di sana, adakah anda berniat membuang jauh-jauh dari
dirimu segala macam maksiat dan kejahilan terhadap Allah, dan sekaligus
menguatkan hatimu untuk tetap mengejar ilmu dan amal yang diridhai Allah ?

S : 
Tidak.

Z :Dan ketika melewati al-Masidil Haram,
adakah anda mengisyaratkan kepada diri anda sendiri, agar bersyi’ar seperti
orang-orang yang penuh takwa dan takut kepada Allah Azza wa Jalla ?

Baca...  Gus Ulil: Agama dan Sains dalam Pandangan Al-Ghazali

S : Tidak.

Z : Kalau begitu anda tidak melewati
‘Alamin, tidak shalat dua rakaat, tidak berjalan ke Muzdalifah, tidak memungut
batu-batu di sana, dan tidak pula lewat di Masidil Haram !Dan beliau
melanjutkan: Wahai Syibli, apakah anda telah mencapai Mina, melempar Jumrah,
mencukur rambut, menyembelih kurban, bershalat di masjid Khaif, kemudian
kembali ke Makkah dan mengerjakan tawaf Ifadhah (Ifadhah adalah berangkat dan
betemu kembali dari sesuatu tempat ke tempat lainnya. Yang dimaksudkan di sini
ialah thawaf yang dikerjakan setelah berangkat pulang dari ‘Arafat) ?

S : 
Ya benar.

Z : Ketika sampai di Mina, dan
melempar Jumrah, adakah anda berketetapan hati bahwa anda kini telah sampai ke
tujuan, dan bahwa Tuhanmu telah memenuhi untukmu segala hajatmu ?

S : Tidak.

Z : 
Dan pada saat melempar Jumrah, adakah anda meniatkan dalam hati, bahwa
dengan itu anda melempar musuh yang ramai, yaitu Iblis, serta memeranginya
dengan disempurnakannya ibadah hajimu yang amat mulia itu?

S : Tidak.

Z : Dan pada saat mencukur rambut,
adakah anda berketetapan hati bahwa dengan itu anda telah mencukur dari dirimu
segala kenistaan dan bahwa anda telah keluar dari segala dosa-dosa seperti
ketika baru lahir dari perut ibumu  ?

S : 
Tidak.

Z : Dan ketika shalat di masjid
Khaif, adakah anda berniat untuk tidak memiliki perasaan khauf (takut) kecuali
kepada Allah serta dosa-dosamu sendiri? Dan bahwa anda tiada mengharapkan
sesuatu kecuali rahmat Allah ?

S : Tidak.

Z : Dan pada saat memotong hewan
kurban, adakah anda berniat memotong urat ketamakan dan kerakusan, dan
berpegang pada sifat wara’ yang sesungguhnya? Dan bahwa anda mengikuti jejak
Nabi Ibrahim alaihisalam yang rela memotong leher putra kecintaannya,
buah-hatinya dan penyegar jiwanya agar menjadi teladan bagi manusia sesudahnya,
semata-mata demi mengikuti perintah Allah ?

S : Tidak.

Z : Dan ketika kembali ke Makkah,
dan mengerjakan tawaf Ifadhah, adakah anda meniatkan berifadhah dari pusat
rahmat Allah, kembali kepada kepatuhan terhadapNya, berpegang teguh pada
kecintaan kepadaNya, menunaikan segala perintahNya, serta bertaqarrub selalu
kepadaNya ?

S : Tidak.

Z : Kalau begitu, anda tidak
mencapai Mina, tidak melempar Jumrah, tidak mencukur rambut, tidak menyembelih
kurban, tidak mengerjakan manasik, tidak bershalat di masjid Khaif, tidak
bertawaf  thawaful-Ifadhah, dan tidak pula mendekat kepada Tuhanmu !
Kembalilah-kembalilah , sebab anda sesungguhnya belum menunaikan Haji anda!

Mendengar keputusan gurunya itu, Imam Asy-Syibliy menangis
tersedu-sedu menyesali kekuarangan yang telah dilakukannya dalam menunaikan
ibadah Haji. Ia bertekad hendak mengulang kembali ibadah Hajinya btahun
mendatang dan untuk kesempurnannya ia hendak menggali sedalam-dalamnya hakikat
ibadah tersebut serta hikmah-hikmahnya.

Dari rincian dialog mengenai makna dan hakikat ibadah Haji
tersebut di atas, kita dapat memperoleh gambaran singkat, bahwa Imam ‘Ali
Zainal Abidin adalah seorang Ulama besar, wara’ (hidup Zuhud) dan ahli tasawuf.
Pada zaman hidupnya (38-95 Hijriah) di kalangan kaum Tabiin, ia dikena, sebagai
salah satu di antara sembilan Ulama Fiqih terkemuka di Madinah.

Sumber : H.M.H Al-Hamid al-Husaini dalam karyanya “ Rumah
Tangga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam”.

 

2366 posts

About author
KULIAHALISLAM.COM merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Artikel

UMKM Jasa Katering Aqiqah: Solusi Praktis untuk Ibadah Aqiqah

2 Mins read
Layanan Katering Aqiqah Semakin Populer Menyambut kelahiran buah hati dengan aqiqah menjadi salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Kini, banyak…
Artikel

Daftar HP Suport NFC 2024: Pilihan Terbaik untuk Kemudahan Transaksi Digital

2 Mins read
NFC (Near Field Communication) semakin menjadi fitur yang wajib ada di smartphone modern. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa…
Artikel

Kenapa Jasa Anti Rayap Diperlukan?

2 Mins read
  Kami Pest Control Indonesia dengan Brand UniPest menawarkan layanan jasa anti rayap untuk melindungi bangunan dari serangan rayap. Rayap merupakan hama yang dapat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights