Ulama Minangkabau dan Tradisi Intelektual : Buya Hamka, Ulama Minang Yang Multi Talenta
Oleh: Andika Saputra, mahasiswa di UIN Imam Bonjol Padang dengan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
KULIAHALISLAM.COM – Bila di masa klasik saat kejayaan Islam kita mengenal sosok Jalaluddin Rumi sebagai seorang penyair besar yang telah banyak melahirkan syair di bidang sastra, atau mungkin juga Ibnu Tufail seorang penulis terkemuka dengan karya monumentalnya Hay Ibnu Zaqhon.
Latar Belakang Buya Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang akrab dipanggil buya Hamka lahir di sungai Batang, Maninjau Sumatra Barat pada hari ahad, tanggal 13 Muharram 1326 H/17 Februari 1908 M. Buya lahir dari latar belakang keluarga yang taat beragama dan merupakan anak seorang ulama.
Belajar Secara Otodidak
Kesadaran untuk belajar secara mandiri itu datang berkat masa kecil Hamka yang merasa terasingkan dari ayahnya, sebab ada pertikaian pola hidup yang berbeda antara beliau dan ayahnya. Melalui pengalaman itu pula kemudian membentuk kepribadiannya menjadi anak yang tangguh dan jenius.
Pertama, kegemaran membaca Buya mulai tumbuh sejak peristiwa-peristiwa pahit di masa kecilnya, yang kemudian mendorongnya untuk banyak membaca buku-buku secara otodidak. Seperti buku-buku cerita, sejarah, artikel-artikel di surat kabar, kepahlawanan, dan Kitab-kitab berbahasa Arab.
Kedua, selain gemar membaca Hamka kecil juga memiliki daya khayal dengan cara banyak mendengar dan merekam dongeng, cerita sehari-hari yang sedang merebak di kalangan masyarakat.
Petualangan Intelektual Di Tanah Jawa
Pada tahun 1924 di usianya yang ke 16 tahun, dalam buku kenang-kenangan 70 tahun Buya Hamka, dijelaskan ia meminta izin kepada sang ayah untuk bertualang ke tanah Jawa. Singkatnya, dia diizinkan untuk pergi dengan rasa kebanggaan oleh ayahnya melihat semangat yang ditunjukkan oleh Hamka.
Dan di Yogyakarta inilah Hamka bersentuhan dengan pergerakan pergerakan Islam dan belajar agama kepada tokoh-tokoh pergerakan tersebut.
Disana dia fokus mendalami bahasa arab dengan membaca kitab-kitab klasik, buku-buku dan buletin berbahasa arab. Rencanaya dia ingin tinggal lama di Makkah, akan tetapi setelah bertemu dengan Haji Agus Salim yang saat itu menjadi seorang jurnalis, Haji Agus Salim memberi saran kepada Hamka untuk pulang ke Nusantara agar mengembangkan karirnya di sana.
Karya-Karya Buya Hamka
Dengan karya-karya yang ia lahirkan dan sumbangkan untuk Islam dan bangsa, ia dijuluki sebagai ulama multitalenta. Tidak salah bila julukan tersebut di berikan kepada Buya Hamka sebab karya-karya yang ia tulis tidak hanya menjurus kepada satu keilmuan tertentu saja.
1.1001 soal-soal hidup
2. Ajahku: riwayat hidup Dr. H.Abd. Karim Amrullah dan perjuangan kaum agama di sumatera
3. Angkatan Baru
4. Antara Khayal dan fakta Tuanku Rao
5. Dari Hati ke Hati
6. Dari Lembah Cita-Cita
7. Dari Perbendaharaan Lama
8. Di dalam Lembah Kehidupan
9. Di Bawah Lindungan Ka’bah
10. Do’a-Do’a Rasulullah
11. Falsafah Hidup
12. Ghirah dan Tantangan Hidup
13. Islam dan Adat Minangkabau
14. Keadilan Ilahi
15. Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad
16. Sedjarah Umat Islam
17. Tafsir Al-Azhar
18. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Referensi :
1.Hamka, Kenang-kenangan Hidup, Jilid 1 dan Cet. III ; Jakarta: Bulan Bintang,1974
2. Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983
3. Yayasan Nurul Islam, kenang-kenangan 70 tahun Buya Hamka Jakarta: Yayasan Nurul Islam, 1979
1 Comment