Oleh: Putri Amanda Amanda
Tsauban, nama yang jarang terdengar bahkan mungkin sebagian orang tidak mengetahui siapa ia. Ia adalah Tsauban salah satu budak Nabi. Nama lengkapnya adalah Tsauban bin Bujdud seorang maula atau pembantu Nabi Muhammad yang berasal dari Yaman.
Ia dibebaskan oleh Rasulullah ketika perang pada zaman jahiliyah. Sebagai seorang budak yang sangat mencintai Nabi ia selalu membersamai Nabi selama berdakwah di Madinah. Sebagai seorang budak ia mendapat nisbat tambahan dibelakang namanya yaitu al-Hasyimi.
Tsauban dikenal sebagai budak Nabi yang sangat mencintai Nabi. Meskipun usiannya sangat muda, namun soal cinta ia mengalahkan dahsyatnya cinta para sahabat yang lain. Namanya selalu mendapat tempat khusus dihati Nabi. Kecintaanya terhadap Nabi dikisahkan kembali dalam buku Bilik-bilik Cinta Muhammad (Nizar Abazhah, 2018).
Diceritakan, suatu hari Tsauban tak pernah nampak di hadapan Rasulullah. Kemudian Rasulullah bertanya kepada para sahabat. “Kemana Tsauban? sudah beberapa hari ini ia tidak kelihatan?” Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Tetapi tidak ada satupun dari sahabat yang mengetahui dimana keberadaan Tsauban.
Hingga suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi dan memberitahukan bahwa Tsauban sedang sakit demam yang sangat keras. Mendengar informasi tersebut, Nabi bersama Abu bakar langsung bergegas menuju rumah Tsauban.
Rumah yang yang sangat sederhana, yang hanya diterangi oleh lampu minyak redup, seorang anak bertubuh kurus sedang terbujur diatas Kasur yang hanya dibuat dari daun dan pelapah kurma
Nabi bersama Abu Bakar masuk kerumah Tsauban sembari mengucapkan salam “assalamu’alikum” mendengar suara yang tidak asing itu Tsauban merasa kaget sembari menjawab salam “wa’alaikumussalam Ya Rasulullah.”
Nabi yang melihat Tsauban dengan muka musam. Terlihat bahwa raut wajahnya menyimpan gurat kesedihan. Kemudian Nabi bertanya, “kenapa wajahmu musam begitu Tsauban?”
“Aku tidak apa-apa wahai Rasulullah.” Jawabnya. Kemudian ia melanjutkan, “aku tidak sakit. Hanya jikalau aku tidak melihatmu, aku kesepian. Dan ketika aku mengigat akhirat, aku takut aku tidak dapat melihatmu lagi. Sebab, kau akan diangkat ke surga tertinggi bersama para Nabi. Lalu, aku tidak tahu dimana tempatku apakah aku akan masuk surga atau neraka, dan seandainya aku tidak masuk surga niscaya aku tidak akan melihatmu lagi selamanya wahai Rasulullah.”
Mendengar perkataan Tsauban Nabi merasa sangat terharu. Beliau merasa sangat kasihan melihat Tsauban. Dengan cinta yang sangat besar yang dimiliki oleh Tsauban kepada Nabi.
Tsauban ingin terus menerus bersama Nabi, berdakwah bersama Nabi, melindungi Nabi bahkan dia siap mati untuk Nabi. Rasa cinta yang sangat luar biasa yang dimilikinya untuk Nabi membuat hati Nabi sangat tersentuh. Hingga tak lama dari itu turunlah wahyu QS. Al-An-Nisa’ ayat 69 yang berbunyi;
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Terjemahan:
“Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Dengan turunnya ayat tersebut maka di dalam kitab-kitab tafsir dijelaskan posisi Nabi dan orang-orang yang mencintai serta menaatinya.
Dalam tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dijelaskan barangsiapa yang menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya niscaya Allah akan menempatkannya ditempat yang mulia.
Bersama para Nabi yang telah Allah karuniakan wahyu kepada mereka dan mengistimewakan mereka dengan dakwah, dan bersama para shaddiqin yang benar-benar beriman kepada apa yang dibawa oleh para Rasul, dan bersama para syuhada yang berperang dijalan Allah demi meninggikan kalimat-Nya.
Mereka mendapatkan derajat berkat karunia Allah, dan Allah yang memberikan mereka pertolongan. Dalam tafsir ini disebutkan meskipun mereka sama-sama di surga namun mereka berbeda-beda.
Dalam tafsir Muyassar dijelaskan barang siapa yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya maka mereka adalah orang yang agung kedudukannya, mereka berada bersama orang-orang yang telah Allah berikanan kenikmatan terhadap mereka berupa surga, dari kalangan Nabi, shaddiqin, dan para orang-orang yang mati syahid di jalan Allah dan juga kaum mukmin yang saleh. Mereka adalah sebaik-baik teman di syurga.
Tafsir Al-Mukhtasar menjelaskan bahwasannya orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia akan dianugerahi oleh Allah hak untuk masuk surga.
Orang-orang tersebut ialah para Nabi dan Shadiqqin orang yang memiliki keyakinan yang sempurna terhadap apa yang didakwahkan oleh Nabi tidak hanya menyakini mereka juga mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi, para syuhada orang yang berjuang dijalan Allah, serta orang-orang yang berbuat baik lahir dan batin, maka dalam tafsir ini mereka termasuk teman-temaan terbaik di dalam surga.
Editor: Adis Setiawan