Penulis: Faridhotul Khasanah*
Setiap manusia diyakini memiliki keistimewaan masing-masing. Hal tersebut yang seharusnya dapat kita yakini dalam hidup untuk kita rasakan.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, sampai diyakini bahwa manusia apabila sudah menemukan jati diri sesungguhnya, tidak mungkin akan mengalami kemerosotan mengenai perihal apapun dalam kehidupan.
Manusia justru akan semakin meningkat dan progresif saat menjalani berbagai perjalanan dalam hidup, maka apapun yang dilakukan akan maksimal.
Shihab Al Din Al Suhrawardi atau yang sering kita kenal sebagai Suhrawardi Al Maqtul sebagai bapak emanasi menjadi rujukan dalam pembahasan kali ini.
Suhrawadi adalah seorang filsuf yang berasal dari negeri Persia abad ke-12 yang dikenal dengan filsafat emanasi dan kontribusi dalam aliran filsafat isyraqi.
Suhrawardi sudah dikenal cerdas, aktif, energik, pintar, sederhana, rela berkorban serta banyak pengalaman lainnya yang membentuk Suhrawardi menjadi seorang filosof yang luar biasa sampai terkenal hingga sekarang.
Sedangkan gelar Al Maqtul sendiri diberikan karena kematiannya yang tragis, disebabkan karena terbunuh. Tragedi terbunuhnya Suhrawardi Al Maqtul belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa yang mengatakan bahwa Suhrawardi dianggap sebagai tokoh kontroversional dan pemikir yang berbeda dalam filsafat dan pemahaman agama pada masa itu.
Adapula yang mengatakan bahwa kematian Suhrawardi disebabkan karena perselisihan dan perseteruan dengan tokoh pemuka saat itu, dan penyebab yang sebenarnya adalah belum diketahui secara pasti tentang kematiannya.
Suhrawardi merupakan salah satu filsuf yang dianggap paling penting dalam sejarah filsafat Islam. Warisan dari Suhrawardi sangat signifikan meskipun hidupnya hanya sebentar. Suhrawardi dianggap sebagai martir filsafat oleh kekuasaan politik pada masanya karena wafatnya di umur 38 tahun, dimana umur tersebut masih tergolong sangat muda.
Kontribusi utama Suhrawardi dalam filsafat emanasi adalah dengan mengembangkan konsep-konsep “alam cahaya” dan “tingkatan emanasi”. Tujuan dari pengembangan konsep itu untuk menjelaskan hubungan antara alam materi dan alam cahaya.
Suhrawardi beranggapan bahwa alam cahaya merupakan sumber dari segala sesuatu dan realitas secara bertahap menurun ke tingkat yang lebih rendah dengan melalui segala rangkaian emanasi atau penurunan.
Pemikiran Suhrawardi mengenai filsafat cahaya ini dimuat dalam karyanya yang berjudul “Hikmah al-Isyraqi” (kebijaksanaan cahaya). Yang berisi gambaran umum tentang alam cahaya, emanasi dan penurunannya, pengetahuan intuitif dan iluminasi, kosmologi dan metafisika, serta teologi dan spiritualitas.
Keistimewaan diri yang dibahas dalam kali ini termasuk dalam filsafat emanasi Suhrawardi. Filsafat emanasi menurut Suhrawardi adalah pandangan metafisika yang menggambarkan proses penurunan atau emanasi dari alam cahaya yang lebih nyata ke alam materi yang terbatas.
Konsep ini merupakan bagian yang paling penting dalam pemikiran Suhrawardi dalam memainkan peran sentral dalam aliran filsafat isyraqi yang dikembangkannya.
Berikut ini akan menarik poin penting yang terdapat dalam filsafat emanasi Suhrawardi ke dalam kehidupan nyata manusia sendiri atau penghubungannya dalam kehidupan nyata manusia sebagai makhluk-Nya.
Ajaran cahaya dalam pemikiran Suhrawardi mengajarkan bahwa ada alam cahaya yang merupakan sumber asal dari mana segala sesuatu berasal.
Hubungan ajaran cahaya dengan kehidupan kita adalah mempercayai atau mengimani bahwa ada sumber sebagai asal muasal semua tingkatan realitas dan merupakan dasar bagi eksistensi yang kita kenal dengan Tuhan atau Allah SWT.
Setelah ajaran cahaya, kemudian ada hirarki emanasi. Suhrawardi menjelaskan bahwa hirarki emanasi itu berisi tentang tingkatan-tingkatan dalam proses emanasi, dimana realitasnya menurun dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah.
Menjelaskan bahwa alam semesta adalah pancaran dari sumber asal (alam cahaya). Emanasi ini membentuk suatu struktur hirarki dalam alam semesta.
Dilanjutkan dengan cahaya intelektual. Dalam konsep emanasi, Suhrawardi memperkenalkan tentang “cahaya intelektual” yang merupakan manifesti dari alam cahaya di dunia intelektual.
Cahaya intelektual ini merupakan manifesti atau perwujudan dari alam cahaya di dunia intelektual. Cahaya intelektual ini merupakan medium untuk pemahaman dan pengetahuan yang lebih tinggi, dan memainkan peran penting dalam proses emanasi.
Dalam emanasi adapula konsep dualitas realitas. Menurut Suhrawardi terdapat dualitas antara alam cahaya dan alam materi. Alam cahaya itulah yang lebih murni dan lebih nyata, sedangkan materi adalah hasil penurunan dan penjauhan dari alam cahaya. Dualitas ini mencerminkan perbedaan ontologis antara realitas yang lebih tinggi dan yang lebih rendah.
Pemikiran Suhrawardi menekankan pentingnya spiritualitas dan pengetahuan intuitif dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang realitas.
Melalui pengalaman spiritual dan kesadaran akan cahaya intelektual, manusia dapat mengalami pengetahuan yang lebih tinggi dan meraih pemahaman yang lebih tinggi serta meraih pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat keberadaan.
Maka dapat disimpulkan filsafat emanasi Suhrawardi memberikan perspektif metafisika yang menggambarkan hubungan antara alam cahaya dan alam materi.
Konsep ini berfungsi sebagai dasar pemahaman mengenai struktur tingkatan alam semesta dan pentingnya pengetahuan intuitif dalam mencapai pemahaman yang lebih tinggi.
Sehingga dapat dihubungkan dengan keistimewaan diri pada manusia sendiri adalah bahwa manusia yang telah memahami filsafat emanasi, maka akan dapat segera menemukan jati diri yang sempurna.
Tidak akan ada keraguan sedikitpun dalam diri, karena mengerti bahwa sejatinya manusia adalah bagian pancaran cahaya dari yang tinggi. Manusia adalah bagian dari Tuhan. Manusia adalah alam materi dan Tuhan adalah alam cahaya, sebagaimana filsafat emanasi Suhrawardi.
*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Editor: Adis Setiawan