Esai

Urgensi Ber-Tuhan dan Beragama dalam Perspektif Islam

3 Mins read


Penulis: Muhammad Satrio*

Dalam hidup yang kita jalani selama ini, pernahkah Anda memikirkan tentang hal-hal kecil yang terjadi di sekitar kita? Jika Anda memerhatikan pastilah akan menemukan orang-orang yang menjalani aktivitas mereka entah itu bekerja, berolahraga maupun aktivitas lainnya. 

Perihal apa yang membuat mereka kuat untuk menjalaninya bahkan ketika pekerjaan itu tidak menyenangkan baginya? Semua karena adanya harapan yang ada di dalam diri mereka dan keyakinan mereka akan keberhasilan yang didapat dari usaha mereka.

Tetapi bagaimana apabila sesuatu yang diharapkan oleh para pekerja tidak sesuai ekspektasi mereka? Tentu saja mereka akan merasa sedih dan tidak berdaya. 

Nah, disinilah manusia memerlukan sebuah esensi yang lebih besar dari mereka untuk menuangkan segala harapan-harapan. Suatu zat yang disebut “Tuhan”. Disini kita akan membahas urgensi ber-Tuhan dan beragama dari pandangan agama Islam. 

Urgensi Ber-Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam agama Islam Tuhan yang harus disembah hanya satu yaitu Allah SWT yang Maha Esa. Penting bagi kita untuk mempunyai harapan agar kita lebih bersemangat untuk mencapai harapan yang diinginkan. 

Karena setiap manusia ingin hidupnya lebih baik dari sebelumnya; hal ini wajar karena tidak ada manusia yang ingin kehidupannya lebih buruk dari sebelumnya. Allah berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi: 

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ

Artinya : 

“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.”

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang kita sebagai hambanya untuk berputus asa. Allah selalu memerintahkan kita sebagai hambanya untuk selalu berharap dan tidak putus asa terhadap rahmatnya. 

Baca...  Sikap Muslim Terhadap Non Muslim

Sebagai Tuhan yang dapat dijadikan sebagai sandaran bagi manusia-manusia yang sedang mengalami masa kesedihan Allah Swt juga menjanjikan kepada hamba-hamnanya apabila seorang hamba berdoa dan bertawakal kepada Allah maka ia akan membantu segala permasalahannya. 

Allah SWT juga mengisyaratkan kepada hambanya untuk berharap kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 8 yang berbunyi :

وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ

Artinya : 

“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

As-Sauri mengatakan bahwa makna ayat diatas ialah jadikanlah niatmu dan harapanmu hanya kepada Allah SWT semata. Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa berharaplah kepada Tuhan dan jangan berputus asa jika memiliki masalah dalam kehidupan. 

Tidak hanya manusia biasa yang mengalami masa-masa cobaan dan kesedihan, akan tetapi para nabi dan rasul pun diuji oleh Allah dengan hal tersebut. Seperti dalam kisah Rasulullah SAW pada saat amul huzni berikut :

Kisah Amul Huzni Yang Dialami Rasulullah 

Kita akan mengetahui salah satu contoh pentingnya ber-Tuhan dari kisah Rasulullah SAW yang ditinggal oleh dua orang yang beliau sangat sayangi yaitu istri beliau Siti Khadijah dan paman beliau Abu Thalib pada tahun 619 H. Yang mana pada tahun itu dinamakan amul huzni (tahun kesedihan). 

Lantas apakah saat beliau kehilangan kedua orang yang disayanginya Rasulullah menjadi lemah dan tidak melanjutkan dakwahnya? Tentu tidak, karena beliau tahu bahwa Allah SWT akan menolongnya dan beliau senantiasa bedoa untuk memenangkan dirinya dan kaum muslimin atas musuh-musuhnya. 

Itulah salah satu contoh mengapa kita perlu ber-Tuhan, karena dengan mempercayai adanya Tuhan yang maha kuasa maka saat diri kita dalam masa-masa yang berat kita bisa memiliki wadah untuk menucurahkan segala doa harapan kita. 

Baca...  Peran Dakwah Islam dan Wawasan Kebangsaan dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Seseorang sekelas Rasulullah SAW yang sangat dekat dengan Allah SWT saja mendapat ujian dengan kesedihan apalagi kita sebagai manusia biasa yang bahkan sehari-hari tidak luput dari salah dan dosa. 

Agama Sebagai Penjaga Moral Manusia

Agama yang kita pegang adalah sesuatu yang sangat berharga karena dengan beragama kita mempunyai moral yang baik. Bukan berarti semua orang yang beragama memiliki moral yang baik, akan tetapi dalam agama telah tersisip ajaran-ajaran tentang moral dan akhlak manusia yang harus dipegang teguh oleh para pengikutnya. Sebagaimana dalam firman Allah di surah Al-Baqarah ayat 83 :

لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّـهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُس

Artinya : 

“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia.”

Ayat diatas mengajarkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan berkata-kata yang baik kepada sesama manusia.

Terbukti bahwa dalam agama mengajarkan moral adalah benar adanya. Bahkan agama mengajarkan untuk tidak mengganggu orang lain, terdapat dalam sebuah hadis :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Artinya : 

“Orang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya aman dari gangguan ucapan dan tangannya, dan orang yang hijrah (termasuk kelompok muhajirin) adalah yang meninggalkan apa-apa yang dilarang Allah,” (Shahih Bukhari No.9).

Hadis tersebut melarang kita untuk menyakiti orang lain dengan ucapan maupun perbuatan yang kita lakukan. Karena semua yang kita lakukan akan mendapat balasan yang setimpal disisi Allah kelak.

Baca...  Refleksi Milad ke 58 Tahun IMM: Bagaimana Menguatkan Kemandirian Kader?

BerTuhan dan beragama tidak dapat lepas dari kehidupan manusia, karena keduanya menjadi pengatur kehidupan seseorang agar lebih baik dan menjadi harapan untuk orang-orang yang berputus asa. 

Seperti itulah urgensi berTuhan dan beragama yang perlu kita pahami untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat menjadi pencerah bagi pembaca yang masih ragu dengan kebenaran akan adanya Tuhan dan agama yang benar. Wallahu A’lam Bish-Shawab. 

*) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2366 posts

About author
Merupakan media berbasis online (paltform digital) yang menyebarkan topik-topik tentang wawasan agama Islam, umat Islam, dinamika dunia Islam era kontemporer. Maupun membahas tentang keluarga, tokoh-tokoh agama dan dunia, dinamika masyarakat Indonesia dan warga kemanusiaan universal.
Articles
Related posts
Esai

Menggali Ajaran Alqur'an Tentang Bullying: Larangan dan Hikmah Dibaliknya

1 Mins read
Bullying, suatu perbuatan tercela yang dapat menjatuhkan martabat dan psikis seseorang – yang berupa tindakan fisik, verbal, atau psikologis – perilaku tersebut…
Esai

Dinamika Perkembangan Islamic Studies

2 Mins read
Dinamika perkembangan Islamic studies. Pada tulisan singkat ini, penulis hendak menelisik tentang sejarah Islamic studies, menguraikan sejarah awal perkembangan studi Islam yang…
Esai

Persepsi Warga Dalam Pemilukada 2024

4 Mins read
KULIAHALISLAM.COM – Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia 2024 (Pemilukada) digelar secara serentak untuk daerah-daerah yang masa jabatan kepala daerahnya berakhir pada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Verified by MonsterInsights