Anda tahu bahwa sifat Allah SWT al-Muqsith berbeda dengan al-Adl. Adil itu menuntut semua hak dan memberi semua kewajiban Anda. Itulah adil. Dalam sengketa, adil itu menjatuhkan sanksi kepada yang bersalah.
Akan tetapi dalam hubungan antar manusia, termasuk dalam bisnis, yang dituntut bukan adil, melainkan qisth. Adalah win-win, keduanya senang. Misalnya, ada dua anak kecil dan besar. Si anak yang kecil merampas mainan kakaknya, sudah pasti ya nangis. Mau adil? Katakan, “Hei itu bukan kamu punya, kasih ke kakakmu.”
Karena itu, kata Quraish Shihab, lakukanlah qisth dengan cara memberi tahu kakaknya, “Nak! Ayah belikan kamu yang lain yang lebih bagus.” Dengan cara ini, maka keduanya akan merasakan senang.
Syahdan. Dikisahlah oleh Imam Al-Ghazali, suatu hari kemudian ada orang-orang yang datang kepada Allah SWT. mengadukan orang lain. Katanya, “Ya Allah waktu di dunia si A ini melakukan ini dan itu terhadap saya, dan sekarang saya datang menuntut.” “Kau mau apa,” firman Tuhan. “Saya mau ganjarannya,” jawab hamba.
Akan tetapi, tidak jarang terhadap orang-orang yang baik dan taat kepada Allah SWT. yang Allah SWT. mengambil air dosanya. Makanya ada doa yang berbunyi, “Ya Allah saya punya dosa antara saya dengan-mu, ada juga dosa saya antara saya dengan makhluk-Mu, yang antara saya dengan-Mu saya mohon ampuni. Ya Allah ambil alihlah.”
Akhirnya, Allah SWT. melakukan putusan yang qisth, bukan yang adil. Bagaimana itu? Waktu ini orang datang mengadu, lalu Allah SWT. berfirman kepadanya, “Coba kamu menengok ke atas.”
Tanpa pikir panjang, dia menengok ke atas dan melihat suatu pemandangan istana yang sangat indah. Orang ini lalu bertanya, “Ya Allah itu siapa yang punya?” Allah SWT. menjawab, “Yang sanggup membeli.” Dia bertanya lagi, “Lalu siapa yang sanggup membeli?” Allah SWT. menjawab, “Kamu kalau mau beli juga bisa.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana saya beli?” Allah SWT. menjawab, “Maafkan saudaramu.”
Itu sebabnya, kata Quraish Shihab, jangan sekali-kali pernah berkata, “Saya tuntut di akhirat nanti.” Maka Anda akan rugi. Di dalam Al-Qur’an pada surat Fussilat ayat 34 dipesankan:
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُۗ اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ ٣٤
Artinya: “Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat [41]: 34).
Kalau kamu berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah kepadamu, maka tiba-tiba lawanmu akan berubah menjadi sahabat yang kental. Kenapa bisa begitu? Psikolog muslim yang menafsirkan ayat ini berkata, bahwa setiap benci ada cinta dan setiap cinta ada benci.
Quraish Shihab menegaskan bukankah kita ini manusia? Dan hubungan kemanusiaan pasti ada. Itu sebabnya, kalau Anda berada di luar negeri dan tidak kenal siapa-siapa, tiba-tiba ada satu orang Indonesia datang. Senada, Anda berada di tengah hutan sendirian, yang ada hanya binatang, tiba-tiba ada satu orang muncul dan Anda tidak kenal, lalu Anda berhubungan. Itulah manusia.
Waktu Anda memusuhi seseorang yang timbul di bawah dan dan naik ke permukaan adalah kebencian, tetapi sebenarnya dalam saat yang sama, ada yang Anda pendam rasa cinta dan rasa sayang.
Sewaktu Anda melakukan sesuatu yang baik kepada yang memusuhi Anda, tiba-tiba kumpulan dari rasa sayang yang terpendam di dalam hati itu muncul ke permukaan, sehingga dia akan bersahabat dengan Anda. Itu sebabnya, kata sebagian orang, yang paling dibenci oleh seorang perempuan adalah bekas suaminya yang sangat dia cintai yang kawin lagi.
Rugilah Anda jika tidak memaafkan. Secara tidak langsung, Anda akan kehilangan satu sahabat. Agama menginginkan kita ini hidup harmonis dan saling maaf-memaafkan. Karena itu, tinggalkan masa lalu dan mari kita bina hubungan yang baik. Tidak hanya rugi di akhirat, justeru kita akan rugi di dunia seperti hilangnya persahabatan dan kerjaan tidak lancar.
Semakin dekat hubungan antara seorang dengan yang lain, maka semakin banyak pula tuntutannya. Semakin dekat hubungan kita ini, maka semakin berpotensi kita untuk salah paham. Maka, al-aqrabuna aula bi al-ma’ruf, bahwa orang yang dekat kepada Anda itu lebih wajar untuk Anda berikan ma’ruf dan kebaikan. Wallahu a’lam bisshawab.