Mengenal Lembaga Pendidikan Dayah di Indonesia

Penulis: Mochamad Irsyad Kusyairi, Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta



Dayah merupakan institusi pendidikan tertua di Nusantara yang telah menunjukkan kontribusi besar dalam pembelajaran sosial sejak zaman dahulu. 

Di Aceh, dayah tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan sosial. Sebagai pusat pendidikan, dayah berperan dalam mentransfer dan mentransmisikan ilmu dari generasi ke generasi. 

Dalam peran dakwahnya, dayah menjadi tempat penyebaran ajaran agama kepada masyarakat, sehingga perannya sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari. Meski belum maksimal, dayah juga telah mulai menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat.

Di Aceh, dayah merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang bertujuan membentuk pribadi santri (Aneuk Dayah) yang Islami dan bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agama. 

Diharapkan dari dayah akan lahir individu-individu yang menekankan pentingnya penerapan akhlak Islam sebagai pedoman hidup sehari-hari. Secara historis dan kultural, dayah di Aceh dapat dianggap sebagai pusat pembelajaran yang signifikan. 

Pengertian Dayah

Dayah dalam bahasa Aceh adalah istilah untuk lembaga pendidikan yang setara dengan pesantren di Jawa. Kata "dayah" berasal dari bahasa Arab "zawiyah," yang secara harfiah berarti sudut. Istilah ini digunakan karena Nabi Muhammad SAW pertama kali mengajarkan ilmu pengetahuan di sudut Masjid Madinah (Masjid Nabawi) pada masa awal Islam. (Syarbaini, 2023)

Dalam masyarakat Aceh, istilah "dayah" memiliki makna yang sama dengan "pondok" atau "pesantren" yang dikenal di Jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. 

Dayah adalah tempat khusus untuk mendidik dan mengajarkan para pemuda Islam tentang ilmu pengetahuan agama, pendidikan moral, dan penerapan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Dayah sering terletak di sudut bangunan yang terkait dengan masjid, di mana proses pendidikan berlangsung dalam bentuk halaqah atau zawiyah yang berhubungan dengan tarekat sufi. Di sini, para syekh atau mursyid menjalankan kegiatan pendidikan sufi. 

Dayah adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai mata pelajaran agama yang bersumber dari bahasa Arab, seperti tauhid, fikih, tasawuf, dan bahasa Arab, setara dengan pendidikan di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Dengan demikian, maksud dayah adalah lembaga pendidikan nonformal yang fokus pada pengajaran ilmu-ilmu agama Islam dengan metode pengajaran tradisional atau klasik, para santri belajar di lembaga pendidikan tersebut dengan sistem mondok.

Fungsi dan Tujuan Dayah

Fungsi dayah sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan dayah atau pesantren, yaitu mempersiapkan santri untuk mendalami dan menguasai ilmu agama Islam (bertafaqquh fi al-din) serta memperkuat akhlak mereka. 

Dayah bertujuan mencetak kader-kader ulama, mendakwahkan dan menyebarkan agama Islam, serta menjadi benteng pertahanan umat dalam bidang moral. Selain itu, dayah juga berperan dalam meningkatkan pengembangan masyarakat di berbagai sektor dan menjadi pusat pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, maka fungsi dayah adalah sebagai berikut:

  1. Tempat mendalami ajaran Islam
  2. Tempat menyebarkan agama Islam kepada masyarakat
  3. Pencetak manusia yang berakhlak mulia
  4. Tempat pengkaderan pengembangan masyarakat di berbagai sektor

Tujuan pendidikan dayah pada dasarnya sejalan dengan tujuan dakwah Islam, yaitu membentuk individu muslim yang mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan mengabdikan diri kepada Allah, sehingga tetap relevan dengan tujuan penciptaan manusia. 

Oleh karena itu, pendidikan dayah didirikan sebagai tempat untuk mendidik dan mengajar generasi Islam. Adapun tujuan khusus dari pendidikan dayah adalah sebagai berikut: (Marhamah, 2018)

  1. Mendidik santri menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan memiliki keseimbangan lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
  2. Menghasilkan kader-kader ulama dan muballigh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, dan wiraswasta dalam mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan dinamis.
  3. Membentuk santri dengan kepribadian yang baik dan semangat kebangsaan yang tinggi agar mampu berkontribusi dalam pembangunan diri dan bangsa.
  4. Mendidik santri sebagai tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat/lingkungan).
  5. Menghasilkan santri yang kompeten dalam berbagai sektor pembangunan, terutama dalam pembangunan mental spiritual.
  6. Membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui pendidikan santri, sebagai bagian dari usaha pembangunan masyarakat dan bangsa.

Kurikulum Dayah

Secara umum, orientasi kurikulum pendidikan dayah mencakup beberapa aspek, yaitu orientasi pelestarian nilai, orientasi peserta didik, serta orientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan. 

Berikut beberapa orientasi pendidikan dayah pada masa awal:

  1. Pelestarian nilai (value oriented), yang mencakup nilai-nilai ilahiyah dan insaniah.
  2. Orientasi pada masyarakat (society oriented), yaitu menyelaraskan hubungan antara peserta didik dan masyarakat.
  3. Orientasi pada tenaga kerja (man power oriented), yang berfokus pada kemampuan dan keterampilan profesional, produktif, dan kreatif.
  4. Orientasi pada peserta didik (child oriented), mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang mengarah pada pengembangan kepribadian, produktivitas, dan kreativitas.
  5. Orientasi pada masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (future oriented).

Referensi:

Marhamah, M. (2018). Pendidikan Dayah dan Perkembangannya Di Aceh. At-Ta'dib: Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam, 71-92.

Syarbaini, A. (2023). Dayah Sebagai Institusi Pendidikan Islam Terawal di Nusantara. JURNAL AZKIA: Jurnal Aktualisasi Pendidikan Islam, 18(1), 81-90.

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال