Krisis Etika Siswa Akibat Penyalahgunaan Teknologi

Penulis: Sirly Rizqy Amalia

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari,  termasuk  dalam  dunia  pendidikan.  Meski  teknologi  membawa  banyak  manfaat  seperti mudahnya  akses informasi  dan  alat  bantu  belajar  yang  canggih,  namun  penyalahgunaannya oleh siswa dapat menimbulkan krisis etika yang serius. 


Fenomena ini memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak, terutama pendidik, orang tua, dan pengelola platform teknologi. Penyalahgunaan  teknologi,  terutama  dalam  hal  penggunaan  media  sosial  dan  akses mudah terhadap konten tidak pantas, telah menyebabkan degradasi nilai-nilai etika di kalangan siswa. 

Perspektif  pendidikan  agama  Islam  memberikan  kerangka  kerja  yang  kuat  untuk mengatasi krisis ini dengan menekankan pentingnya nilai moral dan etika dalam penggunaan teknologi. Salah satu penyebab utama krisis etika ini adalah ketergantungan berlebihan terhadap teknologi.  

Siswa  yang  menghabiskan  terlalu  banyak  waktu  online  cenderung  mengalami kurangnya interaksi sosial yang sehat dan pengalaman di dunia nyata. Akibatnya, kemampuan sosial  mereka,  seperti  berkomunikasi  secara  langsung  dan  empati  terhadap  orang  lain, mengalami  penurunan  drastis.  

Paparan  terhadap  konten  tidak  pantas  di  media  sosial  dan platform  online  lainnya  menjadi  faktor  signifikan  lainnya.  Konten  yang  mengandung kekerasan,  pornografi,  dan  perilaku  tidak  etis  sangat  mudah  diakses  oleh  siswa,  yang mempengaruhi  pandangan  dan  perilaku  mereka,  membuat  mereka  lebih  mudah  terpengaruh oleh contoh negatif yang mereka lihat secara online. 

Kurangnya pendidikan dan pengawasan juga menjadi penyebab utama krisis etika ini. Banyak siswa yang tidak memiliki pemahaman memadai  tentang risiko dan dampak negatif penggunaan teknologi. Hal ini diperparah dengan kurangnya pengawasan dari orang tua dan pendidik, yang seharusnya berperan memberikan arahan dan bimbingan tentang penggunaan teknologi  yang  sehat  dan  bertanggung  jawab.  

Dampak  penyalahgunaan  teknologi  ini  sangat serius, termasuk penurunan etika dan moralitas di kalangan siswa. Penyalahgunaan teknologi dapat  mendorong  mereka  untuk  terlibat  dalam  perilaku  negatif  seperti  penyebaran  fitnah, pelecehan online, dan kecanduan. 

Siswa yang terlibat dalam perilaku semacam ini tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga merusak reputasi mereka sendiri. Banyak  siswa  yang  kurang  menyadari  dampak  jangka  panjang  dari  tindakan  mereka secara online. 

Mereka mungkin tidak memahami bahwa apa yang mereka posting atau lakukan di dunia maya dapat memiliki konsekuensi serius di dunia nyata, baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Ketidaksadaran ini mengakibatkan tindakan ceroboh yang merugikan diri sendiri dan orang lain. 

Contoh kasus yang menunjukkan hilangnya etika sopan santun adalah siswa kelas 6 SD yang melabrak gurunya karena merasa gurunya merebut orang yang ia sukai. Kasus lainnya melibatkan sekelompok remaja SMP yang membuat lelucon tentang darah dan tulang anak-anak di Palestina, yang menunjukkan bagaimana penyalahgunaan teknologi bisa merusak etika. 

Mengatasi krisis etika ini memerlukan pendekatan komprehensif. Salah satunya adalah melalui pendidikan literasi digital yang dipadukan dengan nilai-nilai agama Islam. Pendidikan ini  harus  mencakup  pemahaman  tentang  cara  mengidentifikasi  konten  tidak  pantas,  risiko online, dan pentingnya menjaga privasi serta keamanan diri. 

Dengan pendidikan literasi digital berbasis  nilai-nilai  Islam,  siswa  akan  lebih  siap  menghadapi  tantangan  di  dunia  digital  dan dapat menggunakan teknologi secara lebih bijaksana. Pendidikan  agama  Islam  memainkan  peran  penting  dalam  membentuk  karakter  dan nilai-nilai  moral  siswa.  

Pendidikan  ini  mengajarkan  pentingnya  etika  dan  moralitas  dalam kehidupan  sehari-hari,  termasuk  dalam  penggunaan  teknologi.  Pengawasan  dan  keterlibatan orang tua sangat penting. Orang tua perlu terlibat aktif dalam mengawasi aktivitas online anak-anak mereka, memberikan pedoman yang jelas tentang penggunaan teknologi yang sehat, dan memfasilitasi diskusi tentang perilaku online yang etis sesuai dengan nilai-nilai Islam. 

Dengan keterlibatan aktif, orang tua dapat membantu mengurangi paparan anak terhadap konten tidak pantas dan perilaku negatif online. Pendidikan etika dalam perspektif Islam mencakup pengajaran tentang apa yang baik dan buruk, serta bagaimana bersikap dan berperilaku yang benar dalam kehidupan sehari-hari. 

Contoh  implementasinya  bisa  berupa  pengajaran  tentang  bagaimana  bersikap  sopan  kepada orang  tua  dan  guru,  serta  bagaimana  menggunakan  media  sosial  dengan  bijak.  Dengan pendidikan  etika,  siswa  dapat  memahami  nilai-nilai  moral  yang  penting  dan  belajar  untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 

Krisis etika siswa akibat penyalahgunaan teknologi merupakan masalah yang kompleks dan  memerlukan  perhatian  serius  dari  berbagai  pihak.  Pendidikan  literasi  digital  yang komprehensif, pengawasan yang bijak dari orang tua dan pendidik merupakan langkah-langkah penting untuk mengatasi masalah ini. 

Pendidikan etika yang diterapkan secara konsisten dalam proses  pembelajaran  sangat  penting  untuk  membentuk  karakter  dan  nilai-nilai  moral  siswa. Sebagai  masyarakat,  kita  memiliki  tanggung  jawab  untuk  membentuk  generasi  yang  tidak hanya melek teknologi, tetapi juga beretika dan bermoral tinggi. 

Dengan mengatasi krisis etika ini  secara  bersama-sama,  kita  dapat  membantu  siswa  berkembang  menjadi  individu  yang bertanggung jawab, beretika, dan siap menghadapi tantangan di dunia digital. 

Redaksi

Redaksi Kuliah Al Islam

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan Post 2

نموذج الاتصال